Agak resah, berkali-kali dilirik ponselnya, belum ada kedip lampu merah, belum ada SMS dari si Tembem. Rio lalu kembali fokus dengan layar monitor, sedang dihadapinya tugas tentang Analisis Marketing, semalam dia mengirim pesan singkat ke Ajeng untuk menanyakan perihal tugasnya, seperti biasa obrolan tentang tugas itu akhirnya berkembang menjadi saling ejek dan saling goda, dan bagi Rio hal itu benar-benar lebih mengasyikkan dibanding harus berhadapan dengan barisan huruf dan angka, dan obrolan mereka soal tugas Analisis Manajemen semalam belum ditutup dengan ucapan selamat tidur.
Kini, baginya Ajeng adalah hal yang penting atau sangat penting tepatnya, lebih dari hobi, teman, atau kuliah dan semakin penting seiring bunga-bunga cintanya yang semakin mekar. Diingatnya percakapan dengan Bayu kemaren di kampus, Bayu adalah sahabat baik Rio, mereka sangat dekat, bahkan sebelum Bayu punya pacar anak-anak kampus berpikir mereka adalah pasangan homoseksual.
"Biarin berjalan secara alami sob, kalo dia mau jadian sama kamu tanpa acara tembak-tembakan pun pasti nanti semua orang akan tau kok"
Kata-kata Bayu kemaren sore terus terngiang di telinganya, itu adalah penyebab kebimbangannya seharian ini. Sudah sebulan lebih umur kedekatannya dengan Ajeng, mereka berdua sering dicie-ciein dan Ajeng kelihatan nyaman dengan itu, mungkin ini saat yang tepat untuk mengungkapkan isi hatinya.
"Yakin Bay ga perlu nembak? si Ajeng tuh banyak yang naksir tauk!"
"Iyaa, jalani aja ntar dia pasti kasih tanda kok, tunggu aja deh"
"Tanda gimana, kalo dia ditembak cowok lain terus diterima, gondrong dong! lagian kita udah deket banget Bay"
"Hahaha kalo gondrong bisa creambath dong, udah deh, dibilangin kok ngeyel. Emang yakin gitu diterima?"
"Yakin! eh, mmm agak ragu sih"
"Lah gimana sih, emang kenapa ragu?"
"Dia masih suka curhat soal mantannya, masih belum move on 100% gitu, aku khawatirnya itu aja sih"
"Sob, biarin semuanya ngalir, kalo dia sayang sama kamu hubungan kalian akan semakin intens dan berkembang, kalo dia masih belum move on atau malah nerima cowok lain itu tandanya dia ga pantes kamu pacarin, simpel kan "
Setelah mengklik tombol shutdown dia berbaring di kasur sambil memandangi langit-langit kamar kosnya yang terlihat usang, rasa bimbang memenuhi seluruh ruangan dan masuk ke dadanya lewat tiap hela nafas. Dilirik ponselnya, belum ada balasan, "mungkin lagi gak ada pulsa, apa harus ditelefon? ah tidak sepertinya dia lagi sibuk, atau... atau lagi males bales sms, ah ga mungkin, atau lagi smsan sama cowok lain, atau.. ah!" batinnya berkecamuk, rasa lelah mendadak datang menyelimuti, tanpa sadar semilir angin menidurkannya, bukan, mungkin kebimbangan membuatnya lelah dan terlelap.
Pukul 5 sore, dia terbangun dengan lesu, hal pertama yang dia lakukan: mengecek ponselnya, ada satu SMS masuk! ah.. itu dari teman sekelasnya, menanyakan tugas pula.
Berjalan gontai Rio menuju jendela, dilemparkannya pandangan jauh jauh ke langit senja, mungkin itu bisa sedikit menghibur, dia masih berpikir soal ucapan Bayu dan menunggu sms dari Ajeng, tidak sedikitpun Analisis Manajemen terlintas di kepalanya.
Senja datang, diantar oleh siang yang tampak lesu setelah seharian berjalan dengan teriknya sang surya, dari jauh terlihat malam mulai hadir mengendap, bersiap memeluk dunia dan isinya di dalam gelap...
Posted by Unknown
Diberdayakan oleh Blogger.
