Sabtu 15 September 2010 | 07:00 PM

Titik air masih membasahi jendela sebuah kamar kos di sebuah gang sempit di daerah Ciumbeuleuit, terlihat di dalamnya seorang muda-mudi yang sedang duduk berdua, si perempuan beberapa terlihat bolak-balik keluar masuk ruangan sederhana dengan cat pink itu, si laki-laki yang tadi terlihat mengeringkan badan dengan handuk kini sudah duduk rapi dengan selimut hangat yang membalut tubuhnya, secangkir kopi dan secangkir teh duduk bersanding menemani mereka berdua bersama beberapa keping biskuit gandum kering.

Diluar hujan kembali deras, beberapa orang percaya bahwa beberapa cinta turun saat hujan, entah itu karena dingin sehingga sangat menyenangkan bila ada seseorang untuk dipeluk atau karena suasana yang romantis.

Sekarang, kepala perempuan itu kini sudah berada di pundak si lelaki yang nampak seperti kekasihnya itu, kekasih? iya, apa yang mereka lakukan tidak seperti dua orang teman biasa yang sedang menunggu hujan reda atau bapak yang senang mendongengi anak perempuannya.

Dari jendela ini seperti potongan drama korea dimana kedua pemerannya akan saling memandang satu sama lain, kemudian saling memegang tangan dan memagutkan bibir atau intro dari sebuah film semi-porno latin dimana si perempuan akan masuk dalam selimut si lelaki lalu beberapa menit kemudian terdengar suara desahan yang lembut dari seorang wanita yang rambutnya acak-acakan.

"Handphone kamu ada BBM tuh"

"Biarin aja"

"Pasti dari dia kan"

"Udah sih yang penting kan sekarang aku sama kamu"

"Sampai kapan? adil gitu kayak gini buat aku?"

"Jadi kamu lebih butuh status daripada perhatian aku gitu maksudnya?"

Suasana hening, suara nafas mereka tertelan berisiknya guyuran hujan, mereka saling memandang satu sama lain sambil tetap membisu.

"Jadi buat kamu status lebih penting?" suara lelaki itu agak meninggi.

Kali ini keheningan berlangsung lebih lama, tak satupun kata yang keluar dari bibir mungil perempuan itu, matanya berkaca-kaca, itu sudah cukup menggambarkan perasaan yang berkecamuk dalam hatinya, wajahnya ditekuk sejadi-jadinya, bibirnya bergetar antara akan berkata atau memilih terus diam.

Dan air matanya tumpah, dipeluknya erat-erat lelaki itu seolah tak mau dilepasnya lagi, tak mau kehilangan, tak rela jika ada perempuan lain yang merasakan pelukan itu.

"Aku sayang kamu Indra" ucapnya sambil terisak

"Aku juga Shara, aku juga sayang kamu, kamu harus percaya"

"He em.."

"Akan tiba waktunya semua ini akan diperjelas, tapi please bersabarlah.. mungkin aku ga bisa membuat kamu jadi satu-satunya tapi percayalah, kamu yang nomor satu dihatiku"

"Iya?"

"I swear"

Indra dan Shara, bibir keduanya kini bertemu dalam sebuah pagutan mesra yang memanas seiring deruan nafas yang setengah tersengal, dada bertemu dada, telapak tangan si lelaki membelai mesra pinggul si perempuan sementara yang satu terus memegang kepala Indra setenga menjambak rambutnya.

*

Hujan mereda, tepat pukul 11 malam lewat 7 menit.

"Hati-hati Indra"

"Iya, senyum dong senyum"

"Ga mau kamu jahat" katanya sambil merengut

"Hahahaha, dah Shara.. aku tadi tulis puisi buat kamu di kertas hijau, baca yah"

"Dah Indraaa.."

Kamu yang sedari tadi duduk di beranda hati
Kenapa kamu tak masuk kedalam
Mungkin terlalu sempit untuk bertiga
Tapi dia sebentar lagi mungkin pergi

Dia datang dari sore yang sepi

Sambil membawa secangkir sunyi
Salahkah aku menoleh padamu
Yang kupikir hadir dari sela pelangi

Kamu yang sedari tadi duduk di beranda hati

Bila tak bersedia masuk
Ini tanganku, mari kita pergi ke padang luas
Kenapa saling mencinta dalam sempit yang dilahirkan jarak

Dilipat rapi kertas hijau itu sambil tersenyum lalu bersama gelap dia terlelap