Yang Wisnu ingat saat itu dia kelas 2 SD dan salah satu kakak sepupunya membawakan sebuah buku bergambar, itu oleh-oleh untuknya dari salah satu tamunya yang asli Jepang, kakak sepupunya yang itu baru setahun lalu resign dari pekerjaannya sebagai tour guide di salah satu perusahaan biro pariwisata di Bali. Yang paling dia ingat selain halaman-halamannya yang di dominasi warna biru langit (warna favoritnya), di salah satu bab nya, di bagian mencocokkan gambar ada petunjuk seperti ini
"Dengan sepasang benda ini manusia bisa melihat indahnya dunia"
Dilihatnya baik-baik gambar pemandangan di halaman itu, agak sukar memilih benda mana yang kira-kira paling cocok dengan petunjuk itu, sepatu? ah, meski sepasang mana bisa sepatu dipakai melihat, kaos kaki? tak mungkin juga, sapi? manusia normal mana yang melihat dengan sepasang sapi. Setengah menyerah dibawanya buku bergambar itu ke meja ibunya, dan oleh ibunya ditunjukkan sebuah gambar, gambar sepasang mata yang agak tersembunyi, "dengan sepasang jendela dunia ini kita bisa melihat indahnya kehidupan" katanya pelan, Wisnu terdiam.. meresapi kata-kata itu.. jendela dunia..
***
13 tahun kemudian, di sebuah Mall di Kota Bandung
"Terus udah ketemu lagi sekarang?"
"Belum, mungkin buat lu ini seperti dongeng tapi firasat gue bilang kalo gue bakal ketemu dia di jendela ketiga"
"Mungkin lu kudu masang CCTV di setiap tempat yang memungkinkan dia muncul hahaha"
"Ayolah, gue serius nih"
"Lho, pertama lu ngelihat dia di jendela coffee shop lalu kedua lewat jendela butik, siapa tahu yang ketiga dia akan muncul di jendela salon atau bahkan minimarket, iya kan"
"Bener juga sih, amin deh, by the way liat cewek arah jam 2, blus merah jambu"
"Oh yang itu, kenapa?"
"Gadis yang gue lihat hampir sama dengan dia, namun masih lebih"
"Lebih? lebih cantik maksudmu?"
Diceritakannya pada Wira mulai awal hingga akhir perempuan yang ia lihat lewat jendela di sebuah coffee shop minggu lalu saat Wisnu bertemu salah satu teman dari Jakarta, dan dideskripsikan selengkap-lengkapnya saat dia melihatnya untuk kedua kalinya di jendela sebuah butik yang menjadi langganan mantan pacarnya dulu, bagaimana perempuan sempat membalas lirikannya sedikit, dan saat mata mereka bertemu walau hanya hitungan detik, bagaimana dia tersenyum manis, tubuhnya yang semampai, rambutnya yang agak kemerahan, dan dress biru langit yang membalut tubuhnya, dan terutama betapa ingin dan yakinnya Wisnu bahwa mereka akan bertemu kembali.
"Oke, gue bantu do'a deh, good luck!"
"Thanks!"
***
Hujan mengguyur Bandung sejak pagi tadi, sore jadi tampak lebih gelap, jam menunjukkan pukul 15:15, kata orang saat kita melihat jam dan menunjukkan angka kembar itu tanda kita sedang rindu pada seseorang, dan sore itu Wisnu rindu kepada sosok yang bahkan belum dia kenal sama sekali dan belum sekalipun bicara padanya dan kangennya mungkin sudah pada tingkat "kangen banget" terakhir dia melihat jam tadi juga pukul 13:13. Harap maklum, kelebaian sering menjangkit kepada orang-orang yang sedang kangen.
Hari itu Wisnu memenuhi janji dengan seorang klien baru, semalam dia menerima email dari sebuah toko online yang mengaku bergerak di bidang fashion, toko itu memintanya untuk menjadi konsultan sosial media mereka, dari namanya yang girlish tampaknya toko itu menjual sesuatu untuk wanita, dan mungkin yang akan ditemuinya juga ibu-ibu cerewet yang akan mengintervensi pekerjaannya, lalu kemudian menawar fee nya serendah mungkin, sigh!, Setelah memesan secangkir Hot Chocolate Wismu menyalakan laptopnya, dia sengaja memilih duduk tak jauh dari jendela, siapa tahu perempuan itu muncul lagi dan langsung bisa dikejarnya untuk berkenalan. Dikirimnya pesan singkat kepada calon klien itu, "Saya duduk di meja 7 Bu, pakai kemeja kotak-kotak warna merah tua", SEND.
Suasana tetap dingin, sudah 15 menit dia menunggu, dilihatnya cangkir coklat yang sudah kosong. Diedarkannya pandangan ke seluruh penjuru ruangan yang berinterior klasik itu, ada beberapa pasangan di meja sebelah luar, nampak sangat romantis, menghirup kopi bersama dikala hujan gerimis. Kembali dimainkan laptopnya, sambil terus menunggu, hatinya mulai dongkol, SMS nya belum juga dibalas oleh calon klien itu, dan sudah setengah jam dia menunggu.
"Mas Wisnu ya?"
Sebuah suara dari arah belakang, setengah tidak percaya dengan apa yang dilihatnya saat itu, perempuan dibalik jendela, yang diceritakannya pada Wira kemarin malam sedang mengulurkan tangan padanya.
"Saya Alya dari Almira Shop, aduh maaf telat, susah banget cari Taxi hujan-hujan gini"
"Oh iya iya, duduk silahkan duduk" ujarnya terbata-bata
Obrolan yang awalnya kaku sekaku-kakunya itu akhirnya mencair, keramahan dari gadis cantik bernama Alya itu berhasil mengikis kegugupannya, kegugupan yang muncul diantara rasa setengah tidak percaya, masih tidak percaya itu adalah gadis dibalik jendela itu. Rambut kemerahan, senyum manis, wajah cantik itu, masih persis seperti beberapa hari lalu, masih terasa sangat cantik, hanya saja kali ini lebih dekat.
Alya akhirnya pamit untuk pulang, mereka janji untuk bertemu lagi lusa, masih untuk urusan pekerjaan memang, tapi tidak lagi antara profesional dan kliennya, namun antara teman dengan teman, atau antara gadis idaman dan pria yang mengaguminya.
"Halo Wir, Wir lu dimana?"
"Dikosan, kenapa Wis? bahagia banget kayaknya"
"Cewek itu Wir, gue ketemu lagi sama dia"
"Oh, di jendela mana?"
"Iya, di jendela.. jendela dunia"
Ingatannya terlempar ke 13 tahun yang lalu, ke buku gambar dengan halaman biru langit itu, benar kata ibunya, lewat sepasang mata ini manusia akan melihat indahnya dunia.
Posted by Unknown
Diberdayakan oleh Blogger.
