"Jadi Kau akhirnya menyerah dan memutuskan untuk menulis happy ending story?"

"Yup!"

"Yup? untuk menyerahnya atau untuk menulis happy ending story nya?"

"Mmm... begini, aku tak pernah merencanakan sebelumnya seperti apa ending dari setiap cerita yang kutulis, jadi kebetulan saja endingnya happy atau tidak"

"Dan anehnya kebanyakan jadi sad ending, lalu itu terjadi di kehidupanmu kan?"

"Hahaha ayolah, jangan mulai"

"Iya kan? coba ingat-ingat"

    Dua hari lalu aku sepakat dengan Nova untuk berpisah baik-baik tepat 6 bulan 2 hari setelah kami jadian, alasannya? tentu ada, mana ada putus yang terjadi tiba-tiba, salah satu atau kedua belah pihak pasti pernah memikirkan itu sebelumnya hingga akhirnya salah satu mampu mengucapkan, dengan berbagai macam cara.

    Kemarin lusa Nova mengungkapkan itu dengan sangat baik, sebenarnya tanda-tandanya sudah kurasakan beberapa minggu sebelumnya dan akhirnya semuanya terjadi. Aku hanya mengiyakan, mau bagaimana lagi pikirku, aku bukan tipe orang yang mengemis dan merendah untuk sebuah hubungan. Prinsip dan egoku masih cukup besar untuk tidak melakukan itu.

    Kadang bila diingat sedih juga, dan aku tahu persis Nova tak kalah sedihnya karena dia meninggalkanku bukan karena ada orang lain, dan sepertinya dia benar, ini untuk kebaikanku. Ada yang bilang yang diputusin biasanya lebih cepet move on, sepertinya benar juga,walau aku berharap Tuhan segera membalikkan hati masing-masing dari kami, agar tak ada yang merasa disakiti.

"Mungkin..."